Penelitiyang menjadikan permulaan dakwah adalah pada masa Rasulullah SAW. pendapat ini merujuk kepada terminologi khusus dari dakwah islamiah, bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi SAW. Mengidentifikasikan penyakit umat setiap zaman dan bagaimana mencari jalan keluar dari penyakit tersebut. 3. Menentukan sikap dalam berdakwah
Praktik pekerjaan sosial khususnya di lingkungan Islam, penting mempunyai kiblat yang relevan dengan lingkungannya. Sebagai ilmu yang lahir dan berkembang di luar tradisi Islam, pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial selama ini berkiblat pada tradisi budaya dan keilmuan di Barat. Buku berjudul lnterkoneksi Islam dan Kesejahteraan Sosial Teori, Pendekatan dan Studi Kasus ini tidak lain adalah bagian dari upaya untuk mempertegas kiblat kesejahteraan sosial, yakni dalam konteks keislaman. Karena buku ini secara gamblang menunjukkan bahwa ada interkoneksi antara Islam dan kesejahteraan sosial. Menghubungkan sebuah entitas keilmuan yang sudah mapan dengan tradisi Islam di beberapa kalangan memang memunculkan kecurigaan epistemologis. Seperti halnya upaya menginterkoneksikan Islam dan kesejahteraan sosial seolah bagian dari gerakan lslamisasi ilmu pengetahuan. Sehingga, ilmu kesejahteraan sosial seakan-akan ingin dilegitimasi dalam konteks keislaman. Kuntowijoyo, seorang ilmuan yang sohor pernah mengkritik gerakan lslamisasi pengetahuan karena ilmu yang bersangkutan tidak memiliki landasan paradigma yang kuat. Karena itulah beliau membalikkan logika gerakan tersebut dengan "pengilmuan Islam." Yang pertama dapat terjebak pada legitimasi-legitimasi yang hanya menyentuh kulit luar sedangkan yang kedua berupaya membangun landasan paradigmanya. Tentu saja buku ini tidak ingin terjebak pada yang pertama dengan hanya melegitimasi teori-teori atau praktik pekerjaan sosial dalam tradisi keilmuan Islam. Namun lebih dari itu, yakni dengan menunjukkan secara epistemologis adanya interkoneksi Islam dan kesejahteraan sosial. Karena itulah buku ini tidak hanya menyuguhkan ulasan kepada pembaca pada dataran teoritis, akan tetapi juga masuk dalam wilayah pendekatan strategi hingga studi kasus praktik. Di sinilah nantinya, ilmu kesejahteraan sosial dapat menemukan wujudnya sebagai ilmu yang mempunyai keterkaitan dengan tradisi Islam.
Prinsipdan Usaha Membangun Tradisi Dakwah. Dakwah merupakan masalah yang paling penting dalam mengembalikan kejayaan umat Islam. Kesan dakwah pada saat ini tidaklah sepenting yang digariskan, dan seakan sudah tidak ada lagi dalam pikiran orang-orang Islam yang hidup pada zaman ini. Orang-orang Islam mungkin lupa bahwa risalah kenabian dan
Objektif • Memahami penyakit-penyakit umat dalam beramal jama'i yang bersumber dari memperturutkan sikap infiradi • Memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dari penyakit-penyakit tersebut. • Memahami bahwa ilaj untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan beramal jamai yang sehat dan berupaya untuk mengaplikasikan dan dengan membuang sikap infiradi Sinopsis Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalm dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Penyakit ummat di dalam berdakwah secara dasarnya disebabkan oleh penyakit peribadi da'i yaitu dakwah bersendirian infiradiyah. Infiradiyah ini dibahagikan kepada maknawiyahmental seperti keadaan emosi, dakwah yang berorientasi kepada tokoh, da'I merasa hebat dan banyak pengagum, mempunyai kecenderungan merendahkan orang lain. Infiradi juga dilihat dari segi aktiviti, diantaranya penyakit yang munkinmenjangkit aktiviti ini adalah dakwah yang asal-asalan dan tidak beraturan, dakwah dilakukan secata parsial tidak menyeluruh, dakwah yang sebahagian, tradisional dan tambal sulam. Keadaan pribadi aktivis dakwah prlu diubati dengan menjalankan amal jama'i. Amal jama'I ini menumbuhkan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, berorientasi yang islami, peribadi yang rendah hati, bersifat adil adil, berfikiran dan berwawasan yang menyeluruh, menggunakan pendekatan dan wasail yang modern, mempunyai konsep dan berorientasi kepada minhaj untuk merubah secara total. • Penyakit ummat Syarah • Penyakit ummat di dalam berdakwah setelah diagnosis di dapati banyak yang berdakwah secara bersendirian tidak berjamaah dan bersama-sama. Senang dan seronok dakwah bersendiri yang di jalankan oleh sebagaian dai dan usztad hanyalah bersifat sementara. Mereka akan menyedaari setelah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah amal jamai dan tarbiyah nuqbawiyah. Dakwah tablig adalah dakwah yang sering dilakukan ustadz seperti dakwah di surau, masjid, perairan dan ceramah-ceramah umum. Wujud infiradiyah ini sebagai masalah utama di kalangan dai yang berdakwah. Syarah • Infiradiyah iaitu bersendirian. Selain tidak akan munculnyadakwah yang besar dengan menyelesaikan dakwah yang besar, dakwah dengan gaya bersendirian ini akan memunculkan suasana perpecahan di kalangan ummat khususnya diantara dai yang membawa fikrah berbeza dan pendekatan berlainan. Dakwah Nabi SAW mengajarkan kepada kita agar bersama-sama. Sunnahnya bersama-sama ini adalah sesuai dengan keadaan alam dan manusia yang diciptakan Allah. Mahlik pun dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-sama. Mereka tidak akan pernah lepas dari kebersamaan. Sunnatullah yang mengajarkan demikian mestilah menjalankan dakwah secara bersama. Selain permasalahan dakwah infiradiyah ini disebabkan oleh maknawinya juga oleh aktiviti yang diamalkan maknawiyah Syarah • Peribadi dai yang infiradiyah cenderung mempunyai sifat yang emosional dan tidak bertanggung jawab, mereka cenderung berdakwah mengikuti emosi dan kurang dapat menerima keadaan sebenarnya sehingga dakwah yang tidak berdasarkan rancangan dan tanggung jawab yang benar akan mewarnai dakwah infiradiyah. • Peribadi infiradi cenderung bekerja sendiri dan mereka mempunyai kecenderungan untuk dikenal oleh masyarakat. Dengan pendekatan ketokohan dan kehebatan yang dimilikinya untuk dimilikinya mereka merasa puas dan cukup untuk mengamalkan dakwah tablig yang di sokong oleh banyak pengikut umum. Mengkultuskan dai yang infiradi sulit ditengah mengingat keadaan ini didasari oleh emosi dan perasaan yang kemudian wujud kharisma secara pribadi. Keadaan ini bukan wujud kerana amal atau program tetapi lebih peribadi yang membawa dakwah. • Perasaan diri hebat juga keadaan maknawiyah dai yang cenderung infiradiyah. Kehebatan ini disebabkan kerana kerjanya sendiri dan tidak ada yang mencuba menasehati apabibila mengalami kesalahan dan tidak ada yang menegurnya. Hebat dengan ukuran banyak njemputan dkawak dan banyak orang yang mendengarkan ceramahnya adalah standard yang berorientasikan kepada duniawi dan lebih kepada pengaruh jahiliyah. Standard ini juga yang
dikatakanpendakwah tapi ana lebih senang dikatakan pelayan umat, ana melayani keperluan dan kebutuhan umat terkait dengan masalah urusan agama. Tapi kalau orang menyebut ana sebagai pendakwah itu terserah, tapi ana sayap dakwah ana dalam tanda kutip dakwah tadi. Perlahan-lahan mulai bertambah, disamping itu ana dulu ada pengajian disetiap
Objektif • Memahami penyakit-penyakit umat dalam beramal jama’i yang bersumber dari memperturutkan sikap infiradi • Memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dari penyakit-penyakit tersebut. • Memahami bahwa ilaj untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan beramal jamai yang sehat dan berupaya untuk mengaplikasikan dan dengan membuang sikap infiradi Sinopsis Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalm dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Penyakit ummat di dalam berdakwah secara dasarnya disebabkan oleh penyakit peribadi da’i yaitu dakwah bersendirian infiradiyah. Infiradiyah ini dibahagikan kepada maknawiyahmental seperti keadaan emosi, dakwah yang berorientasi kepada tokoh, da’I merasa hebat dan banyak pengagum, mempunyai kecenderungan merendahkan orang lain. Infiradi juga dilihat dari segi aktiviti, diantaranya penyakit yang munkinmenjangkit aktiviti ini adalah dakwah yang asal-asalan dan tidak beraturan, dakwah dilakukan secata parsial tidak menyeluruh, dakwah yang sebahagian, tradisional dan tambal sulam. Keadaan pribadi aktivis dakwah prlu diubati dengan menjalankan amal jama’i. Amal jama’I ini menumbuhkan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, berorientasi yang islami, peribadi yang rendah hati, bersifat adil adil, berfikiran dan berwawasan yang menyeluruh, menggunakan pendekatan dan wasail yang modern, mempunyai konsep dan berorientasi kepada minhaj untuk merubah secara total. Hasyiah • Penyakit ummat Syarah • Penyakit ummat di dalam berdakwah setelah diagnosis di dapati banyak yang berdakwah secara bersendirian tidak berjamaah dan bersama-sama. Senang dan seronok dakwah bersendiri yang di jalankan oleh sebagaian dai dan usztad hanyalah bersifat sementara. Mereka akan menyedaari setelah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah amal jamai dan tarbiyah nuqbawiyah. Dakwah tablig adalah dakwah yang sering dilakukan ustadz seperti dakwah di surau, masjid, perairan dan ceramah-ceramah umum. Wujud infiradiyah ini sebagai masalah utama di kalangan dai yang berdakwah. Syarah • Infiradiyah iaitu bersendirian. Selain tidak akan munculnyadakwah yang besar dengan menyelesaikan dakwah yang besar, dakwah dengan gaya bersendirian ini akan memunculkan suasana perpecahan di kalangan ummat khususnya diantara dai yang membawa fikrah berbeza dan pendekatan berlainan. Dakwah Nabi SAW mengajarkan kepada kita agar bersama-sama. Sunnahnya bersama-sama ini adalah sesuai dengan keadaan alam dan manusia yang diciptakan Allah. Mahlik pun dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-sama. Mereka tidak akan pernah lepas dari kebersamaan. Sunnatullah yang mengajarkan demikian mestilah menjalankan dakwah secara bersama. Selain permasalahan dakwah infiradiyah ini disebabkan oleh maknawinya juga oleh aktiviti yang diamalkan maknawiyah Syarah • Peribadi dai yang infiradiyah cenderung mempunyai sifat yang emosional dan tidak bertanggung jawab, mereka cenderung berdakwah mengikuti emosi dan kurang dapat menerima keadaan sebenarnya sehingga dakwah yang tidak berdasarkan rancangan dan tanggung jawab yang benar akan mewarnai dakwah infiradiyah. • Peribadi infiradi cenderung bekerja sendiri dan mereka mempunyai kecenderungan untuk dikenal oleh masyarakat. Dengan pendekatan ketokohan dan kehebatan yang dimilikinya untuk dimilikinya mereka merasa puas dan cukup untuk mengamalkan dakwah tablig yang di sokong oleh banyak pengikut umum. Mengkultuskan dai yang infiradi sulit ditengah mengingat keadaan ini didasari oleh emosi dan perasaan yang kemudian wujud kharisma secara pribadi. Keadaan ini bukan wujud kerana amal atau program tetapi lebih peribadi yang membawa dakwah. • Perasaan diri hebat juga keadaan maknawiyah dai yang cenderung infiradiyah. Kehebatan ini disebabkan kerana kerjanya sendiri dan tidak ada yang mencuba menasehati apabibila mengalami kesalahan dan tidak ada yang menegurnya. Hebat dengan ukuran banyak njemputan dkawak dan banyak orang yang mendengarkan ceramahnya adalah standard yang berorientasikan kepada duniawi dan lebih kepada pengaruh jahiliyah. Standard ini juga yang dugunakan oleh iblis ketika enggan tunduk kepada Nabi Adam AS. • Meremehkan orang lain juga suatu akibat dari perasaan hebat dan merasa dirinya baik dan ini yang memungkinkan peribadi dai menjadikan meremehkan orang lain dan merendahkan kemampuan yang ada di antara dai. Dialah seorang yang hebat dan yang lain kurang apabila dibandingkan dengan kepakaran menyampaikan dakwah. • Secara amaliyah Syarah • Dai yang infiradi cenderung dakwah yang dilakukannya secara sembarangan tidak mengikuti cara dan tidak mengikuti msistem kecuali system yang dibuatnya sndiri dan juga bergantung kepada peribadi. Bahaya infiradi dalam berdakwah adalah dakwah yang tidak jelas kemana akan di bawadan kemana orientasi serta natiujah yang dicapai. Dakwah secara infiradi yang penting berdakwah dan masyarakat senang kemudian memanggilnya kembali pada saat berikutnya. • Dakwah secara parsial iaitu dakwah sebahagian dan tidak sempurna yang juga merupakan akibat dari dakwah infiradiyah. Kemampuannya terbatas kerana tidak bersama-sama sehingga dakwah hanya disampaikan yang sesuai kemampuannya sedangkan dakwah itu sendiri bersifat luas dan integral yang tidak mungkin dikerjakan secara bersendirian. Kelemahan peribadi kerana infiradi ini memungkinkan peribadi dai menjadi letih kerana kerja sendiri. • Pendekatan yang tradisioanal biasanya dibawa oleh dai infiradi. Alasan yang perlu dikemukakan kerana dai tradisional yang meluli pendekatan kitab kuning biasanya tidak mengenal dakwah beramal jamai. Ilmu yang diperolehnya adalah bagaimana ilmu itu di kembangkan kepada orang lain. Mereka kurang memahami bagaimana dakwah secara bersama. Dakwah tradisional biasnya berorientasikan kepada buku dan kemudian disyarahkan tanpa melihat keadaan sekitar atau isu-isu semasa. • Dakwah tambal sulam adalah dakwah yang melakukan pendekatan tidak sempurna dan tidak mempunyai minhaj sehingga dakwah ini hanya berorientasikan kepada perminyaan mad’u dan mengikuti kemahuan pelanggan. Selian itu dakwah tambal sulam ini berjalan mengikuti persoalan semasa yang di buat oleh orang lain, sedangkan kesibukan dakwah kita ini menjadikan kita lupa kemana daakwah kita yang sebenarnya dan bagaimana dakwah berjalan. Syarah • Ubat keatas penyakit dakwah infiradi ini adalah dakwah dengan cara beramal jamai. Beramal jamai memerlukan indivivu tersebut mempunyai kesadaran yang bersumber kepada pengetahuan ; berorientasikan kepada islamiyah bukan jahiliyah infiradiyah; mesti menjadi peribadi yang rendah hati sebagai bekal neramal jamai;bersikap adil kerana nantinya akan bekerja sma dan merasakan kesusahan dan kebahagiaan bersama; dakwah yang perlu dibawa mesti menyeluruh tidak sebagian dan membagikan tugasa ini secara bersama untuk mencapai tujuan bersama; pendekatan yang moden tidak tradisional iaitu dengan menggunakan berbagai fasiliti dan wasilah seperti komputer atau pendekatan yang menarik; dakwah yang di bawa mempunyai konsep yang canggih dalam menjawab permasalahan ummat masa kini dan minhaj yang berorientasi kepada perubahan dan pembentukan ummat. jamai Syarah • Amal jamai ini merupakan sunnahnya mahluk hidup terhadap perlaksanaan aktiviti kehidupan untuk meneruskan kehidupannya secara sempurna sebagai mahluk. Tanpa amal jamai, maka masalah tidak akan diselesaikan dan dakwah semakin terbantut. Keadaan yang membawa kepada dakwah amal jamai mesti menjalnkan prinsip-prinsip islam dengan dai atau ahli yang mempunyai berbagai kesamaan aqidah, fikrah dan amal. Sunatullah beramal jamai ini dapat dilihat bagaimana semut beramal jamai, burung-burung yang hidup bersamaa, pookok dan juga lam semesta dengan usrah bumi, bulan, mars, matahari dan beberapa planet lainnya seperti Pluto senantiasa berjamaah dan beramal jamai dengan pusingan yang saling berkaitan dan taawum diantaranya. Dalam keadaan ini matahari sebagai masul yang bertanggung jawab dan planet ynag menjadi pusat bagi planet di sekitarnya. Ringkasan • Penyakit ummat pangkalnya adaah infiradiyah 1. Secara maknawiyahmentl emosional, berorientasi tookoh, merasa hebat, merendahkan orang lain. 2. Secara aktivi asal-asalan, parsial, sebahagian-sebahagian, tradisional, tambal sulam. • Diobati oleh amal jamai dengan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, brorientasi Islami, rendah hati, adil, menyeluruh. Modern, konsep dan minhaji merubah secara total. Objektif • Memahami permasalahan umat islam yang dihadapi seorang dai dan dapat menyebutkan penyebab • Memahami bahawa tarkiz dari penyelesaian permasalahan tersebut adalah membentuk syakhsiyah Islamiyah dan umat Islam • Menyedari peranan sikap komitmen terhadap akhlak dan tsaqofah islamiyah dalam membentuk syakhsiyah islamiyah mutakamilah Sinopsis Setelah perbincangan masalah umat di dalam dakwah yang memfokuskan infiradi sebagai bahagian penting dan isu utama di dalam keadaan dakwah saat ini. Persoalan dakwah yang berlaku secara umumnya da[at dibahagikan kepada persoalan yang senantiasa ada pada manusia dan mungkin berterusan ada kerana perkara ini tidak mengkin terlepas dari keadaan dakwah secara umumnya. Beberapa keadaan ini adalah di sebabkan kerana kejiwaan manusia dengan kecenderungannya, watak, syahwat dan instink. Sedangkan persoalan berikutnya adalah berkaitan dengan persoalan semasa yang juga bergantung kepada keadaan tempatan negara islam tersebut berada seperti persoalan yang di sebabkan oleh sisa-sisa masa penyelewengan seperti dengan raja/penguasa dictator, adanya kebaikan yang berpenyakit, peninggalan para penyeru ke neraka jahanam, bekas penjajah yang meninggalkan hokum sampai ditinggalkannya sholat. Perkara-perkara diatas menyebabkan kaum muslimin jahil terhadap islam. Persoalan lainnya adalah penyakit-penyakit hasil penjajahan seperti wujudnya berbagai lembaga kekufuran, akibat penjajahan yang akhirnya keterbelakangan iptek, masyarakat islam yang cara berfikirnya salah, kejiwaan ummat yang salah seperti rendah diri. Keadaan ini menyebabkan adanya dominasi musuh-musuh terhadap ummat. Kemudian persoalan lainnya yang wujud adalah terdapatnya kekuatan yang menantang seperti musuh yang menyusn aktivitinya dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan dengan sarananya yang canggih. Mereka melkukan perang jahiliyah yang tersusun dengan ummat islam seperti buihhadist yang ringan timbangannya dan mengikut arus. Jalan keluar dari masalah yang dihadapi ummat demikian adalah mesti betul-betul bersedia dan berdakwah secara serius. Beberapa jalan keluarnya adalah muslim mesti memiliki ilmu pengetahuan, melaksanakan pembinaan/tarbiyah dan juga jihad. Penumpuan jihad hendaknya membangun syakhsiyah islamiyah. Hasyiah ummah Syarah • Persoalan ummah disebabkan kerana dakwah yang tidak berjalan atau kurang berkesan. Dakwah dan jihad ini adalah sebagai penyokong dan atap bagi akhlak dan ibadah yang akan di bangun secara baik sehingga rumah islam ini dapat di bangun secara baik Tanpa dakwah maka permasalahan akan bermunculan secara bertahap dan kemudian memuncak keatas diri ummat islam. Masalah ummat kerana dakwah tidak berkesan tidak di sebabkan oleh permasalah pembawa dakwah itu sendiri yang senantiasa ada mengiringi dakwah dan persoalan yang di sebabkan oleh keadaan semasa sebagai respon dan kesan keadaan sebelumnya dan keadaan akan dating. • Persoalan yang senantiasa ada Syarah • Persoalan yang selalu muncul adalah persoalan mengnai manusia, persoalan ini selalu ada selama manusia ini tetap hidup dan bersama dakwah. Dari zaman Nabi Adam hingga sekarang, keadaan manusia adalah isu permasalahan utama yang tidak pernah habis dan tak kunjung yang perlu dihadapi adalah bagaimana kita menghadapi keadaan manusia ini dengan baik dan dapat mengatasi pernasalahan sebagai sarana meningkatkan keupayaan dan ketahan diri. Beberapa persoalan manusia ini adalah masalah kejiwaan manusia yang unik dan mudah berubah mengikuti keadaan dan suasana, kecenderungan peribadi ke arah tertentu, masalah watak yang beragam, pengaruh syahwat dan keadaan instink manusia. • Persoalan kontemporer Syarah • Keadaan semasa yang merupakan masalah yang ada pada reality saat ini berdasarkan kepada persoalan-persoalan sebelumnya seperti akibat dari sisa masa penyelewengan, penyakit dari penjajah dan adanya kekuatan yang menantang. Dari permasalahn ini akan mewarnai bagaimana keadaan dan masalah ummat sekarng ini. Pertimbangn kepada isu semasa ini merupakan suatu yang penting bagi menjalankan dakwah yang benar dan baik di tengah kancah perjuangan yang banyak dipengaruhi banyak factor. 4. Sisa masa penyelewengan Syarah • Sebahagian dari negara dan masyarakat islam barulah lepas dari keadaan yang dikuasai oleh dictator yang kejam dan raja yang tidak menjalankan islam, juga berbagai keadaan yang muncul sebelum seperti pengaruh aliran sesat atau dakwah yang membawa kehancuran seperti dakwah yang berorientasikan kepada jihad senjata, dakwah sebelumnya yang membawa kesan dan imej yang negatif, dan kekuasaan yang menjadikan muslim tidak mengerjakan amalan islam termasuk sholat. • Persoalan manusia yang selalu menyertai dakwah ini dan persoalan semasa akan menjadikan ummat bodoh kepada islam. akibat penjajahan Syarah • Penyakit yang juga diambil kira sebagai sebab munculnya suatu kekalahan dan kehancuran islam adalah berbagai lembaga-lembaga kekufuran seperti mahkamah, hokum jahiliyah, system pentadbiran dan juga berbagai aturan yang dilembagakan seperti industrial court; penjajah juga meninggalkan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sengaja diciptakan oleh penjajah sehingga menjadikan umat semakin bodoh; penjajah juga menjadikan ummatsalah berfikir atau mempunyai pemikiran yang tidak betul dan kejiwaan yang menyertainya tidak normal seperti rasa rendah diri dan tidak percaya diri. • Keadaan ini menjadikan ummat islam di dominasi oleh musuh-musuh islam. yang menentang Syarah • Kekuatan-kekuatan yang menentang terhadap dakwah islam sangat banyak di dalam masyarakat sekuler saat ini. Kepentingan-kepentingan sekuler merasa tidak terjaga apabila islam hawa nafsu mereka tidak akan tersalurkan dengan tegaknya dakwah islam sehingga mereka berusaha mati-matian menentang kekuatan islam dan memadamkan dakwah islam. Kekuatanyang menentang ini dirancang dengan perencanaannya dan sarana yang melakukan perang jahiliyah yang disusun rapi. • Akibat kekuatan ini adalah ummat islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. keluar Syarah • Jalankeluar dari permasalahan ini adalah masyarakat muslim mesti berilmu sehingga dengan ilmu ini tidak akan terpengaruh sesat dan umat islam mempunyai benteng yang yang benar tsaqofah yang luas perlu dipelihara dan diamalkan dengan menjalankan tarbiyah atau pembinaan. Kemudian jihad menjadi penegak dan pemeliharaan masalah walaupun demikian jihad yang dimaksudkan adalah lebih kepada dakwah untuk membangun syaksiyah islamiyah. Ringkasan dalil • Persoalan dakwah 1. Persoalan yang senantiasa ada kejaiwaan manusia dengan kecenderungan, watak, syahwat dan instink. 2. Persoaalan semasa mesa penyelewengan denganRaja/penguasa dictator, kebaikan yang berpenyakit, para penyeru ke neraka jahanam, ditinggalkannya hukumsampai ditinggalkannya sholat. Dua perkara diatas menyebabkan kaum muslimin jahil terhadap islam. B. penyakit penyakit hasil penjajahan berbagai lembaga kekufuran, keterbelakangan iptek, cara berfikir yang salah, kejiwaan yang salah. Hal ini menyebabkan adanya dominasi musuhh-musuh terhadap ummat. C. Kekuatan yang menantang dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan dengan sarananya. Mereka melakukan perang jahiyah yang tersusun rapi. • Akibat ummat islam seperti buihyang ringan timbangannya dan mengikuti arus. • Jalan keluarnya adalah ilmu pengetahuan, pembinaan/tarbiyah dan jihad. Penumpuan jihad hendaknya membangun syakhsiyah islamiyah.
QadhayaAsasiyah dalam Dakwah. Jalan da'wah adalah jalan yang penuh berkah. Sungguh bagi seorang daiyah tidaklah masalah apakah da'wah itu yang menjadi bagian kita, ataukah justru kita yang menjadi bagiannya. Tetapi yang pasti, kehidupan tidak akan bernilai dan terasa hampa jika kita jauh dari da'wah. Da'wah itu akan senantiasa berjalan
KETIKA Umar bin Khattab ra. memberi wasiat kepada pasukan Islam yang akan berjihad, beliau berkata, “Janganlah kalian berbuat maksiat kepada Allah sedang kalian di jalan Allah”. Pesan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa para da’i yang sedang berdakwah bisa jadi berbuat maksiat kepada Allah. Barangkali penyakit inilah yang harus kita waspadai bersama, bermaksiat di jalan dakwah. Dan dalam pergerakan dakwah modern, para pemimpin dakwah juga sering mengingatkan akan bahaya berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Musthafa Masyhur adalah pemimpin gerakan dakwah yang sering mengingatkan akan berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Buku beliau yang banyak mengulas tentang masalah ini adalah Prinsip dan Penyimpangan di jalan di Dakwah’. Fathi Yakan juga meworning para aktifis dakwah dalam bukunya Aids dalam Harakah’ dan Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah’. Namun demikian, para da’i adalah manusia yang tetap memiliki potensi lupa dan salah, sehingga upaya untuk saling mengingatkan harus terus dilakukan. BACA JUGA Begini Tahapan Dakwah Rasulullah di Makkah Di antara berbagai Penyakit di Jalan Dakwah yang harus diwaspadai bersama oleh para da’i adalah 1 Juz’iyah Tidak Syamilah Penyakit Juzi’yah atau parsial dalam dakwah bersumber dari pemahaman Islam yang tidak syamil atau integral. Pemahaman seperti inilah yang pada gilirannya mengakibatkan pola hidup sekuler. Islam hanya dilihat dari satu aspek saja. Sampai sekarang masih banyak dari umat Islam yang memandang Islam hanya mengatur urusan privat saja. Sedangkan urusan public diserahkan kepada negara. Sementara negara masih menganut sistem sekuler. Pola hidup sekuler masih mendominasi mayoritas umat Islam. Mereka memandang bahwa Islam di satu sisi sementara negara disisi yang lain. Realitas ini mengakibatkan pola hidup yang sangat kontradiktif. Kita sering menyaksikan sebagian umat Islam yang ditokohkan oleh masyarakat tidak memberikan keteladanan yang baik. Dalam kehidupan ritual kelihatannya menjadi orang yang paling shalih, tetapi dalam kehidupan keluarga, sangat terbuka dan membiarkan istri dan anak-anaknya yang perempuan tidak menutup aurat. Dalam ekonomi masih bergumul dengan riba dan dalam kehidupan politik menjadi orang yang suka korupsi dan money politik. Begitu juga sebagian da’i dan mubaligh masih memahami Islam dengan pemahaman parsial, sehingga apa yang didakwahkannya tidak lebih dari apa yang dipahami bahkan cenderung kurang dan lebih buruk. Sikap juz’iyah dan tidak syamilah akan menyebabkan dakwah Islam terpecah-pecah dan sering terjadi perselisihan diantara berbagai gerakan dakwah. Dalam tataran praktis, gerakan dakwah terkadang juga terjebak pada salah satu fokus dakwah dan agak melalaikan aspek yang lain. Politik misalnya, tentu saja ini bagian dari aspek yang harus dimasuki gerakan dakwah. Pada saat yang sama juga tidak melupakan aspek-aspek lainnya, seperti tarbiyah yang sudah menjadi jatidri gerakan dakwah. Tarbiyah di kampus dan sekolah, tarbiyah di masyarakat, menjadikan masjid sebagai pusat dakwah dan tarbiyah dll. Aspek lain yang harus menjadi perhatian gerakan dakwah adalah perbaikan ekonomi kader. Ketika kita mendapatkan bukti kesenjangan antar kader, mayoritas kader yang masih berada dibawah standar, mereka hidup di rumah-rumah kontrakan yang sempit dan tidak sehat sementara sebagian kecil kader bergelimangan dengan kemewahan, maka ini harus segera diselesaikan, karena pasti ada yang salah. BACA JUGA Jangan Bersedih Jika Dakwahmu Belum Diterima… 2 Madiyah Tidak Rabbaniyah Dan di antara penyakit di jalan dakwah yang berbahaya sekarang adalah itijjah madiyah orientasi materi. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan menitipkan padamu, maka akan melihat apa yang kamu lakukan. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil terjadi pada wanita” HR Muslim Kita sedang menghadapi masalah di sini, kita sudah agak menjauhi dari sikap rabbaniyah dan mulai mendekat ke sikap madiyah. Pembicaraan- pembicaraan yang berkembang dikalangan sebagian kader sudah kental dengan nuansa materinya, seperti, kita dapat apa dari dakwah ini? Mobilnya merek apa? Sudah nambah istri belum? HP merek apa? Bisnis apa yang kita garap? Proyek apa yang sedang kita ajukan? dll. Sedangkan pembicaraan yang terkait dengan nilai-nilai rabbaniyah sudah semakin sayup-sayup terdengarnya. Pembicaraan seperti, kamu sudah hapal berapa juz? Anak kita sudah ada yang hafal al-Qur’an belum? Kamu memiliki berapa halaqoh? Bagaimana shalat lima waktu kita? Kapan kita mengadakan dauroh? dll sudah hampir lenyap dalam pembicaraan kader dakwah. Kita sudah mulai akrab dengan hotel, tetapi agak menjauh dengan masjid. Kita sudah hobi berkunjung ke para pejabat, tetapi sudah mulai jarang bermajelis dengan orang-orang shalih dan para ulama. Kita senang dengan qusyur istana dan rumah yang megah dan melupakan kubur. Gaya hidup kita sudah ada yang berubah, ukhuwah kita sudah mulai kering dan bermasalah. Dan ini adalah musibah. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” QS Al-Hadid 16. Sikap rabbaniyah lahir dari proses tarbiyah yang matang terutama tarbiyah ruhiyah. Dari tarbiyah inilah kualitas kader dakwah teruji. Di masa Rasulullah SAW para sahabat yang teguh dalam seluruh dinamika dakwah adalah para sahabat senior yang tertempa oleh tarbiyah Rasulullah SAW dalam waktu cukup lama. Mereka dibina oleh Rasulullah saw di Mekkah selama 13 tahun, dan selanjutnya mereka mengikuti dakwah Rasul saw dengan setia sampai beliau wafat. Mereka disebut Assabiqunal Awwalun Generasi Awwal dari Muahjirin dan Anshar. Sedangkan para sahabat yang masuk Islam setelah Futuh Makkah, mereka inilah yang kemudian melahirkan dinasti Bani Umayah yang membangun politiknya dengan sistem kerajaan dan sarat dengan nilai-nilai madiyah dan menjauh dari nilai-nilai Rabbaniyah. Kemenangan gerakan dakwah ketika tetap konsisten dengan nilai-nilai rabbaniyah. Rasulullah saw. bersabda, “Zuhudlah kamu terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhud kamu terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya manusia mencintaimu” HR Ibnu Majah. Keikhlasan, pengorbanan, militansi dan perjuangan para kader tidak dapat diukur dan dinilai dengan harta. Realitas inilah yang harus menjadi perhatian para qiyadah dakwah, agar mereka juga tetap menjaga nilai-nilai rabbaniyah untuk bersama-sama membangun izzatul Islam wal muslimin yang lebih cerah lagi di masa yang akan datang. Materi itu memang dibutuhkan dalam dakwah, tetapi materi itu bukan segala-galanya. Oleh karenannya materi jangan dijadikan orientasi dalam dakwah. Rasulullah SAW bersabda,” Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang aku takutkan pada kalian. Tapi aku takut, dibukakannya dunia untuk kalian, sebagaimana telah dibukakan pada umat terdahulu. Maka kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan orang sebelum kalian” Muttafaqun alaihi. BACA JUGA Siapa yang Membantu Dakwah Rasulullah Setelah Khadijah Wafat? Gerakan dakwah dan aktifis dakwah harus tetap berada pada jalur yang benar, yaitu sikap robbaniyah. 3 Wijahiyah Tidak Manhajiyah Dulu kita sering mendapatkan taujih tentang keharusan untuk tidak bersikap wijahiyah figuritas dalam dakwah dan tetap komitmen pada manhaj dakwah. Dan ini adalah taujih yang benar. Tetapi sekarang kita melihat fenomena figuritas dalam dakwah, dan ini adalah bagian dari penyakit di jalan dakwah. Kita mencintai para qiyadah dakwah dan kita akan tetap taat pada qiyadah dakwah. Pada saat yang sama qiyadah dakwah kita adalah qiyadah jama’iyah. Figuritas sering muncul di masyarakat tradisional yang kurang pemahamannya dalam Islam. Tetapi jika figuritas muncul juga dalam masyarakat modern dan gerakan dakwah modern, berarti ada yang salah. Figuritas juga sering muncul karena lemahnya keikhlasan dan ada motivasi di balik sikap figuritas tersebut. Biasanya motivasi kepentingan sesaat yang bersifat materi atau kekuasaan. Figuritas adalah penyakit di jalan dakwah yang berbahaya. Dakwah tidak boleh bertumpu pada figur-figur tertentu, tetapi harus membangung sistem atau manhaj yang kuat. Ketika benih-benih figuritas muncul dalam gerakan dakwah, maka terapinya harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. Kita harus sering mengkaji Al-Qur’an dan sunnah. Kita juga harus sering membaca kitab-kitab salafu shalih. Kita juga harus kembali membuka buku-buku manhaj standar, seperti Majmu’ah Rasail karya imam Hasan Al-Banna dan kitab Fiqhud Da’wah karya Musthafa Masyhur. Dan memang, kita harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. 4 Afawiyah Tidak Takhtitiyah Afawiyah artinya asal-asalan sedangkan takhtithiyah artinya dengan perencanaan. Dakwah yang benar harus selalu menggunakan perencanaan. Gerakan dakwah sudah besar dan berskala nasional. Segala keputusan akan berdampak nasional. Ketika keputusan tanpa melalui perencanaan yang matang dan kajian yang teliti, maka akan berdampak buruk bagi dakwah, qiyadah dakwah dan kadernya. Perencanaan dan kajian ilmiyah sudah menjadi keniscayaan agar melahirkan sistem yang kuat dan keputusan yang akurat. BACA JUGA Perjalanan Mengantar Sang Mujahid Dakwah Ketika sebuah kebijakan strategis diputuskan hanya dalam satu pertemuan yang memakan waktu beberapa jam saja dan sebelumnya tidak dilengkapi kajian ilmiyah, perencanaan yang matang, maka keputusannyapun tidak matang. Kondisi seperti ini akan membahayakan perjalanan gerakan dakwah. Lebih berbahaya lagi jika keputusan tersebut terkait dengan nama-nama orang yang akan dipromosikan untuk suatu amanah, baik dari internal maupun eksternal. Gerakan dakwah harus sudah memiliki semacam Sistem Manajemen Gerakan Dakwah. Sistem ini dilaksanakan dan mengikat bagi seluruh kader dakwah, lebih-lebih qiyadah dakwah. Sehingga segala sesuatunya berjalan sesuai dengan sistem bukan subyektif sesuai keinginan orang-perorangan. 5 Istibdadiyah Tidak Syuriyah Istibdadiyah adalah sistem dan sikap yang cenderung bersifat otoriter sedangkan syuriyah adalah sistem dan sikap yang senantiasa menghidupkan nilai-nilai syura. Orang-orang yang berkuasa memang memiliki karakteristik otoriter, apalagi kekuasaan itu dikendalikannya sudah terlalu lama. Satu-satunya syarat agar para pemimpin tidak bersifat otoriter yaitu pola hidup rabbaniyah. Artinya dia selalu cenderung kepada Allah, senantiasa beribadah kepada Allah dan memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan hari akhir. Para Khulafaur Rasyidin adalah contoh pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah. Oleh karena itu walaupun mereka memimpin sampai akhir hayatnya tetapi mereka tetap istiqomah dalam Islam terutama dalam sikap zuhud terhadap dunia. Sementara para pemimpin dari Bani Ummayah kecuali Umar bin Abdul Aziz, karena menjauh dari sikap rabbaniyah sehingga mereka merubah sistem pemerintahannya menjadi kerajaan yang cenderung otoriter dan mencintai dunia. Para pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah inilah yang senantiasa menghidupakan syura dan tidak otoriter. Rasulullah SAW memberikan keteladanan dalam masalah syura ini. Beliau adalah orang yang paling banyak mengajak musyawarah dengan para sahabatnya untuk hal-hal yang tidak ada nash-nya. BACA JUGA Nabi Harun AS, Saudara Setia dalam Dakwah Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw. untuk menegakkan sistem Islam, khusunya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Al-Qur’an telah memberikan arahan yang sangat baik tentang pentingnya syura, adab syura dan komitmen dengan hasil-hasil syura. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” QS Ali Imraan 159. Dakwah akan tetap berjalan dengan kita atau tanpa kita. Dan penyakit dakwah itu mungkin akan terus menimpa sebagian kader-kader dakwah sesuai dengan sunatullah-Nya, yang akan tetap dijaga oleh Allah adalah manhaj. Oleh karena itu marilah kita tetap istiqomah dengan manhaj Islam dan jalan dakwah yang penuh berkah ini. Wallahu alam. [] SUMBER MAJASLAH SAKSI/JAKARTA
Akibatyang diinginkan dalam dakwah Islamiah adalah terwujudnya umat yang taat pada ajaran agama. Namun, atas pengaruh waktu, tempat, strategi yang digunakan para da'i, belum tentu tujuan tersebut tercapai. Memang dapat dilihat bahwa dakwah Islamiah yang bertitik tolak pada konsepsi iman dan amal saleh berdasarkan ilmu
Penyakit Umat di Dalam Dakwah Setelah menyimak beberapa pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa problematika dan tantangan yang dihadapi umat Islam hari ini tidaklah ringan. Upaya penyadaran umat dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar tidak dapat berjalan efektif jika hanya mengandalkan amal individual al-infiradiyyah. Dampak Al-Infiradiyyah Al-infiradiyyah di dalam dakwah adalah penyakit yang harus segera diobati. Karena ia akan berdampak pada mentalitas al-ma’nawiyyah dan aktivitas al-amaliyyah seorang da’i. Pertama, dampak terhadap mentalitas al-ma’nawiyah Da’i yang berdakwah secara infiradi secara maknawi cenderung emosional al-infi’aliyyah; yakni sekedar mengikuti suasana hati atau kecenderungan pribadi. Dakwahnya menjadi serampangan at-tahawur, tidak berdasarkan pandangan dan perencanaan yang matang. Al-Infiradiyah pun cenderung menggiring pada figuritas al-wijahiyah. Hal ini berbahaya terutama jika para pengikut da’i infiradi ini bersikap fanatik kepadanya. Sadar atau tidak, hal yang mungkin muncul kemudian adalah sikap otoriter al-istibdadiyah seorang da’i. Kita hendaknya merenungkan sebuah perkataan hikmah yang disampaikan Imam Malik rahimahullah, لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ إِلَّا وَيُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ، إِلَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “Tidak ada seorangpun setelah Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, kecuali perkataannya itu ada yang diambil dan ada yang ditinggalkan, kecuali Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.” Ibnu Abdil-Barr dalam Jaami’ Bayanil-Ilmi wa Fadhlihi juz II, hal. 111-112. Dalam puncak ketenaran, da’i infiradiyyah pun sangat rentan terpapar perasaan merasa hebat al-i’tizaziyyah. Sikap seperti ini menyeret seorang da’i pada egosentrisme al-ananiyyah; ia tidak mampu melihat suatu persoalan dari perspektif orang lain; tidak bisa menarik kesimpulan dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilihat oleh pihak lain. Ia menganggap dirinyalah pusat perhatian dan hanya pendapatnya sajalah yang penting. Dengan mentalitas seperti ini tidak heran jika yang muncul selanjutnya adalah sikap meremehkan al-intiqashiyyah. Maka potensi perpecahan at-tafriqah di tengah-tengah umat pun semakin berkembang. Kedua, dampak terhadap al-amaliyyah aktivitas Dakwah yang dilakukan secara infiradiyyah cenderung bergaya spontanitas al-afwiyyah. Tanpa ada musyawarah atau pertimbangan-pertimbangan dari pihak lain yang dapat mengarahkan pandangan lebih luas dan menyeluruh terhadap sebuah permasalahan. Tidak ada di dalamnya langkah-langkah yang strategis dan sistematis. Padahal Allah Ta’ala berfirman, وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ “…sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat antara mereka…” QS. As-Syura, 42 38. Dengan dakwah semacam ini setiap tindakan dan langkah-langkah tidak akan terevaluasi dengan baik; tidak ada pertanggung jawaban adamul mas’uliyyah. Tanpa musyawarah dan langkah-langkah strategis, dakwah infiradiyyah berpotensi menjadi gerakan dakwah yang parsial al-juz’iyyah. Dakwah yang menitikberatkan pada sebagian ajaran Islam dan mengabaikan sebagian ajaran Islam yang lainnya. Maka akan tumbuhlah fenomena-fenomena kontradiktif at-tanaqudhat di tengah-tengah masyarakat. Sebagai contoh, akan muncullah orang-orang yang sangat penuh perhatian pada fiqih ibadah namun abai terhadap masalah adab dan akhlak; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah adab dan akhlak namun abai terhadap masalah fiqih ibadah; sangat penuh perhatian pada masalah politik Islam namun abai pada masalah tazkiyatun nafs; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah tazkiyatun nafs tapi abai pada masalah politik Islam; sangat penuh perhatian pada masalah thalabul ilmi namun abai pada masalah amar ma’ruf nahi munkar; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah amar ma’ruf nahi munkar namun abai pada masalah thalabul ilmi; dan lain sebagainya. Dakwah infiradiyah pun kerap terjebak pada cara-cara tradisional at-taqlidiyyah. Hal ini dikarenakan sang da’i tidak memiliki pandangan yang luas adamul bashirah tentang realita umat pada masa kini. Aktivitas dakwah seperti itu pada akhirnya hanya bersifat tambal sulam at-tarqi’iyyah dan tidak produktif adamul intaj; kurang memberikan manfaat pada upaya pemecahan problematika dan atau pembentukan umat yang ideal. ***** Al-Ilaj Terapi Pada Penyakit Al-Infiradiyah Para da’i infiradi harus segera diobati dengan terapi yang tepat. Pertama, harus ditumbuhkan kesadaran al-wa’yu pada diri mereka terhadap bahaya penyakit al-infiradiyyah. Kedua, membuka pandangannya tentang keislaman al-islamiyyah yang sesungguhnya dengan pemahaman yang benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh salaful ummah. Ketiga, menanamkan sikap rendah hati at-tawadhu kepada mereka dengan menggambarkan keteladanan para salafus shalih dan para ulama rabbani. Keempat, menggugahnya agar memiliki pandangan yang objektif al-inshaf terhadap keadaan diri dan realita umat. Hal ini dilakukan dengan menggambarkan kepadanya dengan lebih jelas dan detail tentang problematika yang mendera umat. Sehingga mereka menyadari keterbatasan kemampuan mereka dan tergugah untuk bekerjasama dalam sebuah barisan dakwah. Kelima, mengajak mereka untuk bergerak dalam dakwah secara sistematis al-manhajiyyah; memahami problematika, mengetahui obatnya, mengerti prioritas, langkah-langkah dan tahapannya, mampu memilih sarana-sarananya hingga dapat mencapai tujuan. Keenam, menuntunnya pada kerja-kerja dakwah Islam yang menyeluruh as-syumuliyyah; mencakup aspek keyakinan al-i’tiqadi, moral al-akhlaki, sikap as-suluki, perasaan as-syu’uri, pendidikan at-tarbawi, kemasyarakatan al-ijtima’i, politik as-siyasi, ekonomi al-iqtishadi, militer al-askari, dan hukum al-jina’i. Ketujuh, memperkenalkan kepada mereka prioritas dan cara-cara dakwah kekinian al-ashriyah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kedelapan, memotivasinya untuk bersama-sama melakukan perubahan total al-inqilabiyyah. Ringkasnya, hal-hal negatif dari dakwah infiradiyyah dapat dikurangi atau dihilangkan dengan mengembangkan kerja kolektif al-amalul jama’iy. Harus ada sekelompok orang yang bekerja dalam sebuah barisan yang teratur bagaikan sebuah bangunan yang tersusun kokoh. Allah Ta’ala berfirman, وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” QS. Ali Imran, 3 104 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” QS. As-Shaf, 61 4 Wallahu A’lam…
BAB1. Pengetian, Ruang Lingkup, Kedudukan, Dan Fungsi Sejarah Dakwah. A. Pengertian Sejarah Dakwah. "Sejarah Dakwah"berasal daridu kata yaitu"sejarah" dan "dakwah".sejarah berasal dari bahasa Arab "Syajarah" yang berarti pohon.Dalam bahasa Arab "Sejarah" disebut "taraikh" yang berarti penanggalan atau kejadian
DoaTerhindar Dari Penyakit - Penyakit 'Ain Cara Merawatnya | Jom Dakwah / Selain mendorong hidup bersih dan sehat, banyak ulama juga mengajak umat untuk menggiatkan ibadah dan membaca doa agar terhindar dari berbagai wabah penyakit berbahaya seperti virus corona.. Doa ini tercantum dalam hadis riwayat muslim dari zaid bin arqam radliyallahu 'anha.
At-Tarqi'iyah (Tambal Sulam) --> dakwah tanpa manhaj (pedoman/konsep) dan hanya berdasarkan apa yang diinginkan kebanyakan orang, sehingga tidak mencapai apa-apa. Penyakit-penyakit tersebut ada obatnya, diantaranya: Menyadari --> bagaimana posisi kita dalam dakwah umat ini. Al-Islamiyah (Memperbaiki Pemahaman Ke-Islaman)
Banyakpengalaman kehidupan yang dirasakan oleh Buya Hamka tertuang dalam tafsirnya ini. Selain itu, dalam hal pemikiran yang tertuang di tafsirnya ini, Buya Hamka sangat terpengaruh oleh Gerakan pencerahan keislaman Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Hal ini bisa dilihat daru tafsirnya.
HEAWr. kytrkwh8v9.pages.dev/150kytrkwh8v9.pages.dev/75kytrkwh8v9.pages.dev/418kytrkwh8v9.pages.dev/260kytrkwh8v9.pages.dev/56kytrkwh8v9.pages.dev/143kytrkwh8v9.pages.dev/878kytrkwh8v9.pages.dev/888kytrkwh8v9.pages.dev/152kytrkwh8v9.pages.dev/518kytrkwh8v9.pages.dev/534kytrkwh8v9.pages.dev/466kytrkwh8v9.pages.dev/294kytrkwh8v9.pages.dev/907kytrkwh8v9.pages.dev/983
penyakit umat dalam dakwah